Sepanjang perjalanannya, bangsa Indonesia telah menghadapi beberapa petaka konflik SARA (suku, agama ras, dan golongan) yang mengganggu ketenteraman hidup bermasyarakat. Sebagian di antaranya, yang terkenal dan telah menimbulkan sengsara besar, adalah konflik-konflik di Poso, Ambon, dan Sampit.
Petaka konflik SARA menunjukkan kepada kita bahwa kekayaan keragaman Indonesia dapat menjadi sumber kesusahan juga. Isu SARA masih mudah memanaskan hati masyarakat Indonesia untuk bertikai. Sebab itu menjaga kepala agar tetap dingin akan membantu kita mencegah dan meredakan konflik. Jika kita menilik konflik-konflik di Poso, Ambon, dan Sampit, kita bisa mendapati paling tidak tiga hal yang menunjukkan pentingnya kepala dingin dalam menghadapi petaka konflik SARA.
Pertama, kepala dingin menolong pihak-pihak yang bertikai untuk memahami sifat kompleks dari petaka konflik SARA. Dengan kepala dingin mereka akan dapat memahami bahwa konflik yang mereka alami bisa jadi melampaui sekadar gesekan karena perbedaan identitas. Dengan demikian mereka dapat berfokus pada penyelesaian sumber permasalahan utamanya.
Konflik-konflik di Ambon dan Sampit, misalnya, diawali oleh masalah ekonomi. Persaingan dalam perdagangan di Ambon dan penambangan emas di Sampit menimbulkan ketegangan antara penduduk pribumi dan pendatang.1 Selain faktor ekonomi, faktor politik juga bisa ikut membesarkan konflik. Pertikaian bisa saja menjadi sangat panas karena disusupi isu-isu politik seperti persaingan pilkada di Poso, pemekaran Provinsi Maluku, hingga perebutan jabatan bupati di Sampit.2
Kepala dingin akan membantu masyarakat untuk segera mengenali dan mengatasi permasalahan utama. Masalah ekonomi, misalnya, dapat diselesaikan dengan diskusi antar pemilik kepentingan, pelatihan bisnis, dan penetapan peraturan baru yang mengatur kegiatan ekonomi. Kepala dingin juga akan membantu masyarakat yang terlibat konflik untuk mencegah isu-isu politik masuk dalam permasalahan mereka. Alhasil energi mereka dapat digunakan untuk menemukan solusi alih-alih untuk bertikai.
Kedua, kepala dingin menolong pihak-pihak yang bertikai untuk menyaring informasi dan meredam emosi. Jika mereka tidak mampu memilah informasi dengan benar, niscaya konflik SARA akan menjadi semakin parah. Belum lagi jika mereka menanggapi informasi apa pun dengan emosi dan hati panas. Pastilah akibatnya akan sangat fatal.
Dalam konflik-konflik SARA, seringkali banyak informasi yang tidak tepat tersebar di tengah masyarakat. Berita hiperbolis di media massa dan selebaran-selebaran yang beredar di lokasi konflik ikut berperan dalam memanas-manasi pihak-pihak yang bertikai.3 Konflik-konflik di Poso, Ambon, dan Sampit berlangsung bertahun-tahun karena informasi dan berita semacam itu membuat pihak-pihak yang terlibat emosional dan panas hati sehingga saling melukai, menyimpan dendam, dan membalas dendam.4
Jika pihak-pihak yang bertikai tetap berkepala dingin, mereka akan mampu menyaring, membedakan, dan memproses berbagai informasi dan berita yang beredar. Jika mereka menahan emosi dan mendinginkan hati panas, mereka akan mampu saling berkomunikasi, membangun pengertian, dan memaafkan—hal-hal yang sangat penting untuk memadamkan konflik SARA.
Ketiga, kepala dingin menolong pemerintah dan penegak hukum untuk segera menyelesaikan petaka konflik SARA. Dengan berkepala dingin, mereka akan mampu mengurai permasalahan lalu cepat mengambil tindakan. Semakin cepat konflik usai, semakin sedikit juga sengsara yang dialami oleh masyarakat yang bertikai.
Ketika pemerintah lambat mengambil tindakan, konflik bisa jadi terlanjur membesar sebelum dapat dikendalikan—seperti dalam kasus konflik di Sampit.5 Ketika penegak hukum ikut terbawa emosi dan tidak bersikap netral, masyarakat akan kehilangan kepercayaan kepada mereka sehingga penanganan konflik menjadi lebih sulit—seperti dalam kasus konflik-konflik di Poso dan Sampit.6
Kepala dingin pemerintah dan penegak hukum akan menegakkan wibawa mereka dalam memimpin upaya penyelesaian konflik. Mereka pun akan mampu bersikap bijaksana untuk mengambil langkah-langkah yang akan membantu masyarakat berproses melewati petaka konflik SARA dengan baik. Wibawa dan kebijaksanaan itu juga akan mencegah konflik semakin meluas dan sulit dikendalikan.
Demikianlah, kepala dingin sangat mujarab untuk mencegah dan meredakan petaka konflik SARA. Kita tentunya tidak menginginkan petaka konflik SARA terjadi lagi di negeri tercinta. Dengan selalu berkepala dingin, kita akan dapat menangkal gesekan-gesekan identitas yang mengganggu ketenteraman hidup bermasyarakat. Dengan selalu berkepala dingin pula kita akan dapat memastikan identitas SARA tidak menjadi sumber kesusahan tetapi sumber kekayaan kita.
Catatan
1 Jamin Safi. “Konflik Komunal: Maluku 1999-2000” dalam ISTORIA Vol. 12, No. 2, September 2016, hal. 33-44; Rinaldo. “Kerusuhan Sampit, Kegagalan Merawat Perbedaan 18 Tahun Silam” dalam situs Liputan6. <https://www.liputan6.com/news/read/3897282/kerusuhan-sampit-kegagalan-merawat-perbedaan-18-tahun-silam>.
2 Selamat Ginting. “Neraka Poso: Konflik Islam-Kristen, Warga Keturunan, Santoso, dan Tibo” dalam situs Republika. <https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/08/01/ob7tmj385-neraka-poso-konflik-islamkristen-warga-keturunan-santoso-dan-tibo>; Ikhsan Tualeka. “Belajar Damai, Catatan 20 Tahun Konflik Maluku” dalam situs Rakyat Maluku. <https://rakyatmaluku.com/2019/01/belajar-damai-catatan-20-tahun-konflik-maluku/>; Fadrik Aziz Firdausyi, “Provokasi Elit Berujung Pembantaian Sampit” dalam situs Tirto. <https://tirto.id/provokasi-elit-berujung-pembantaian-sampit-cEWZ>.
3 Selamat Ginting, “Neraka Poso: Konflik Islam-Kristen, Warga Keturunan, Santoso, dan Tibo”.
4 Endang Nurudin. “Saling bunuh, saling bakar sampai … ‘sayang kamu semua’: Mantan tentara anak Islam dan Kristen Ambon” dalam situs BBC. <https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43207033>.
5 Fadrik Aziz Firdausyi, “Provokasi Elit Berujung Pembantaian Sampit”.
6 Selamat Ginting, “Neraka Poso: Konflik Islam-Kristen, Warga Keturunan, Santoso, dan Tibo”; Fadrik Aziz Firdausyi, “Provokasi Elit Berujung Pembantaian Sampit”.
Foto diambil dari situs Sindo News. https://makassar.sindonews.com/beritaamp/8189/1/tujuh-kerusuhan-paling-menggemparkan-indonesia-sepanjang-sejarah-1524153853