Pada tanggal 25 Januari 2019, Bapak saya memberikan tiket gratis menonton sebuah drama musikal di Gedung Kesenian Jakarta. Alih-alih merasa senang, saya justru merasa enggan pergi karena saya tidak terlalu menyukai drama musikal. Meskipun begitu, pada akhirnya saya tetap hadir demi menyenangkan hati orang tua.
Tanpa saya sangka, hari itu juga pandangan saya tentang drama musikal berubah drastis. Drama musikal yang berjudul “Kaeru: Titik Dua di Akhir Nada” ternyata sukses mengubah pandangan saya dan mengajar saya banyak hal menarik. Dari Kaeru saya belajar banyak hal baru tentang Indonesia, pilihan-pilihan dalam hidup, serta kompleksitas drama musikal.
Kaeru adalah drama musikal persembahan Teater Katak—sebuah klub teater mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang sudah berdiri sejak tahun 2009. Kaeru adalah produksi teater mereka yang ke-55. Singkat cerita, Kaeru mengambil latar Indonesia di tahun 1942 tentang seorang gadis bernama Kirana yang memimpikan kemerdekaan, baik kemerdekaan nasional yang dijanjikan oleh pemerintah Jepang maupun kemerdekaan pribadi.
Kemerdekaan pribadi bagi Kirana adalah merdeka lepas dari perjodohan orang tuanya dan merdeka bebas menentukan cita-citanya sendiri, menjadi seorang calon musisi. Selain kisah Kirana mengejar kemerdekaan, drama ini juga diwarnai kisah cinta terlarang antara Kirana dan seorang prajurit Kekaisaran Jepang.
Drama musikal ini berhasil memutar-balik emosi penontonnya. Adegan-adegan yang menegangkan sesekali disela humor-humor ringan sehingga membuat penonton mudah menikmati jalan cerita yang disajikan. Ramuan apik Kaeru membuatnya diminati oleh banyak orang. Panitia menyediakan beberapa jadwal pertunjukan dan hampir setiap jadwal dipadati penonton!
Tidak hanya itu, drama ini membuat saya belajar banyak hal. Pertama, saya jadi belajar tentang betapa mahalnya kemerdekaan Indonesia. Drama musikal ini dibawakan dengan nuansa sejarah Indonesia di masa penjajahan Jepang yang kental. Kaeru menampilkan sejarah, yang biasanya terkesan membosankan, dengan begitu menarik dan mengesankan. Fakta-fakta sejarah yang disuguhkan dalam sentuhan musik, dialog, dan visual yang menarik, menolong saya mencicipi pahitnya penjajahan.
Kedua, dari Kaeru saya juga belajar tentang pilihan dalam hidup. Di akhir cerita, akhirnya Kirana diharuskan memilih di antara mempertahankan keinginannya sendiri atau memenuhi keinginan orang tuanya. Kirana pun akhirnya berbesar hati melepas keinginan pribadinya dan memenuhi keinginan orang tuanya. Kisah cintanya dengan si prajurit Jepang kandas dan ia membatalkan rencana pendidikan tinggi sebagai musisi. Meski di tengah kondisi yang tidak ia inginkan, ia tetap menjalani pilihan hidupnya sebaik mungkin sebagai seorang istri dan ibu.
Terakhir, belajar dari Kaeru, saya menyadari bahwa karya seni membutuhkan kedisiplinan dan keterampilan, alih-alih sekedar mengandalkan kreativitas. Saya pun belajar bahwa untuk membuat drama musikal sekelas Kaeru, dibutuhkan keterlibatan banyak tangan profesional, mulai dari aktor, komposer lagu, ahli tata rias, penulis naskah, penata cahaya, dan masih banyak lagi. Seluruh pihak yang terlibat ini pun perlu rajin berlatih dan berdisiplin secara konsisten agar dapat menampilkan versi terbaik dari Kaeru.
Malam itu, Kaeru sungguh menyentuh hati saya. Selain pembelajaran yang berharga, saya juga dibuat kagum dengan perpaduan musik, cahaya, panggung, dialog, alur cerita yang dibuat sangat apik sehingga tidak kalah dengan kualitas drama dari negara-negara lain. Apalagi Kaeru sangat kental memasukkan budaya-budaya Indonesia lewat kostum, sejarah, dan logat para tokoh. Ini sungguh suatu karya anak bangsa yang patut dibanggakan.
Saya harap bukan hanya saya yang belajar dari Kaeru, melainkan juga kelompok-kelompok drama musikal lokal lainnya. Karya seni seperti ini berpotensi menjadi medium yang sangat strategis untuk memberikan pengaruh dan nilai-nilai yang berdampak positif. Saya percaya drama musikal Indonesia mampu berkembang lebih baik lagi. Apalagi sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, manusia dibekali kemampuan untuk terus berkreasi dan mencipta tanpa batas.
Akhir kata, saya berharap lebih banyak orang bisa belajar dari Kaeru dan karya-karya asli Indonesia lainnya. Semoga lewat tulisan ini, semakin banyak orang tertarik dan mau mendukung karya-karya drama musikal Indonesia lainnya. Jaya selalu kesenian Indonesia!
Catatan
Foto diambil dari situs Facebook. <https://hi-in.facebook.com/eventjakarta/photos/a.511661218947364/2056107847836019/?type=3&theater>