Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain neve dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /home/komunit3/domains/kakara.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Dalam Gua – K A K A R A
Lompat ke konten

Dalam Gua

Selama bertahun-tahun Raja Saul memburu Daud. Daud lari, menjadi buronan kerajaan. Namun Saul pun akhirnya mati dan, setelahnya, “Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah” (2 Sam. 3:1). Kematian Saul itu menandakan titik balik besar dalam hidup Daud, yang membawanya dilantik “menjadi raja atas Israel” (2 Sam. 5:3).

Namun, sebelum titik balik itu tiba, Daud harus mengalami masa-masa terpuruk. Masa-masa itu ditandai dengan setidaknya dua kali ia mendekam di dalam gua. Di sana, di tengah-tengah kekalutan jiwani dan kemiskinan jasmani, Daud berhasil bertahan dalam ujian iman dan terbukti setia menantikan Allah mendatangkan titik balik itu.

Di usia remaja, Daud ditunjuk dan diurapi Allah untuk menjadi raja (1 Sam. 16:1, 12-13). Seolah sejalan dengan urapan itu, Daud masuk ke dalam lingkaran istana: ia diangkat menjadi pelayan dan pembawa senjata raja (1 Sam. 16: 21). Ia menjadi pahlawan bangsa saat menghabisi Goliat, raksasa perkasa andalan musuh. “Daud maju berperang dan selalu berhasil … sehingga Saul mengangkat dia mengepalai para prajurit” (1 Sam. 18:5). Ia bahkan menjadi menantu raja (1 Sam. 18:27). Karir Daud, si calon raja, gemilang.

Namun kegemilangan itu juga mengawali kesuraman hidup Daud. Raja Saul, majikannya sendiri, “menjadi musuh Daud seumur hidupnya” karena iri kepadanya (1 Sam. 18:29). Saul memiliki kekuatan politik dan militer. Lebih dari satu kali Saul mencoba menombak Daud (1 Sam. 18:11). Ia bahkan bertitah “kepada semua pegawainya bahwa Daud harus dibunuh” (1 Sam. 19:1). Tak tanggung-tanggung, Saul hampir membunuh anaknya sendiri yang membela Daud (1 Sam. 20:31).

Sang kepala prajurit pemberani pemusnah raksasa itu pun takut. Ia “lari dari pada Saul, ke dalam gua” (Mzm. 57:1).

Akan tetapi, di dalam gua itu, Daud tetap beriman kepada janji Allah meski situasinya bertolak belakang. Dijanjikan Allah menjadi kepala negara, sekarang ia hanyalah kepala gerombolan. Diurapi untuk menjadi kepala pemerintahan, sekarang ia buronan pemerintah. Bukannya dilantik menjadi raja, ia justru hampir dimatikan raja. Tak sulit membayangkan iman Daud tergoncang. Namun, di dalam gua, ia tetap “menyanyi,” “bersyukur,” dan mengakui “kasih setia” Allah (Mzm 57).

Di dalam sebuah gua yang lain, Daud berpasrah kepada pengaturan Allah. Di sana Daud menemukan Saul sedang tertidur, namun tidak membunuhnya. Ia dapat saja berpikir bahwa itulah peluang yang diberikan Allah kepadanya untuk segera menggantikan Saul menjadi raja. Namun ia tidak berani melakukannya “sebab dialah orang yang diurapi Tuhan” (1 Sam. 24:7). Rasa takutnya kepada pengaturan dan kedaulatan Allah membuat ia tidak berani mendahului Allah dalam menggenapi janji-Nya.

Peristiwa di dalam gua ini dapat memberi pelajaran kepada kita, orang Kristen masa kini, dalam menantikan titik balik dalam hidup kita.

Barangkali, seperti Daud, Allah menjanjikan bagi kita sebuah kegemilangan hidup, namun justru situasi hidup seolah bertolak belakang. Hidup kita mungkin justru terpuruk dalam berbagai malapetaka atau kesulitan. Kita mungkin harus melarikan diri ke dalam “gua persembunyian.” Daud mengajarkan kita untuk tetap beriman kepada-Nya dan mengakui kasih setia-Nya dalam kondisi terpuruk itu.

Barangkali juga, seperti Daud, kita menemukan peluang-peluang yang menggoda kita untuk segera mendatangkan titik balik dengan cara-cara yang tak sejalan dengan kehendak-Nya. Kita mungkin saja, dalam ketidaksabaran itu, tergoda untuk mengambil jalan pintas. Daud mengajarkan kita untuk sabar menantikan titik balik yang disiapkan Allah sendiri.

Sungguh menarik bahwa Allah sengaja mendatangkan titik balik bagi Daud tanpa melibatkan Daud sama sekali. Daud, yang saat itu menjadi sekutu bangsa Filistin, tidak dipercaya oleh panglima Filistin untuk ikut berperang melawan Israel (1 Sam. 29:9). Dalam perang itulah Saul tewas, dan titik balik itu tiba bagi Daud.

Mengawali tahun baru, mungkin kita sedang lari dari segala permasalahan hidup yang mengejar-ngejar kita. Namun bertahanlah dalam iman dan nantikanlah Allah. Jika Ia telah berjanji, titik balik itu niscaya tiba, meskipun mungkin kita terpuruk, berdekam, di dalam gua.

Catatan

Gambar adalah lukisan “Saul Menyerang Daud,” karya Guercino (1591-1666). Ditayangkan dalam situs Wikimedia Commons.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *