Membaca Alkitab seringkali menjadi tantangan tersendiri ketika kita mencapai bagian-bagian yang terlihat tidak relevan bagi kita. Kitab-kitab di Perjanjian Lama seperti Keluaran, Ulangan, Bilangan dan Imamat seringkali terasa boyak, membosankan, karena sulit kita pahami. Padahal seluruh bagian Alkitab menceritakan kasih Allah terhadap manusia. Hal yang seharusnya membawa sukacita bagi kita saat membaca Alkitab.
Salah satu bagian yang pernah terasa boyak bagi saya adalah kisah mengenai kemah Allah di Keluaran 25-30. Seperti saya, tentunya ada beberapa rekan lain yang pernah membaca bagian ini sambil lalu. Bagian ini terasa rumit, abstrak, dan tidak berarti. Kita perlu sadari, rincian Kemah Allah yang terasa boyak ini adalah kisah kasih Allah juga.
Pada bagian Alkitab ini, kisah pengembaraan bangsa Israel yang penuh dengan mujizat tiba-tiba disela dengan hitungan hasta dan jengkal. Pasal-pasal ini juga berisi rincian mengenai mezbah bakaran, tabir, lampu, hingga jenis-jenis korban bakaran yang tak pernah kita temui di kehidupan sehari-hari.
Namun, kisah kemah ini sesungguhnya menegaskan betapa Allah menghargai hubungan-Nya dengan manusia. Pada pasal-pasal sebelumnya, kita mengetahui betapa bangsa Israel banyak bersungut-sungut, dan hendak berbalik dari hadapan Allah. Allah, dengan kasih-Nya yang besar, justru lebih serius memfasilitasi manusia untuk membangun hubungan dengan-Nya, menggunakan bentuk fisik yang lebih mudah dipahami bangsa Israel saat itu.
Bentuk fisik Allah anggap penting dalam menyatakan kasih-Nya, membuat kehadiran-Nya terasa konkret. Bagi Allah, kehadiran dalam bentuk yang bisa dilihat, diraba, dan dipegang sangat penting dalam membangun hubungan. Sayangnya, hal ini berlawanan dengan bentuk hubungan manusia sekarang yang tereduksi menjadi hubungan virtual di balik layar. Jangankan dengan Allah, relasi kita dengan sesama manusiapun kini terasa semu.
Kisah kemah ini juga menunjukkan sikap Allah pada manusia. Di satu sisi, Allah menuntut manusia untuk serius dan sungguh-sungguh dalam membangun hubungan dengan-Nya. Besar kasih-Nya bukan berarti Ia mau menerima persembahan asal jadi. Ia mendidik bangsa Israel untuk berjuang membangun hubungan dengan berbagai macam ketentuan dan rincian beribadah. Besar kasih-Nya seharusnya tidak membuat bangsa Israel, dan juga kita, meremehkan pentingnya perjuangan membangun relasi dengan Allah.
Di sisi lain, kemah ini juga menunjukan betapa Allah memahami kebutuhan manusia, bangsa Israel pada masa itu. Allah memahami kondisi bangsa Israel yang baru saja dipaksa keluar dari zona nyaman mereka dan merasa terombang-ambing dalam ketidakpastian. Allah menggunakan sarana yang paling menyentuh kebutuhan hati manusia. Bagi bangsa Israel, kemah menjadi jawaban yang menenangkan. Kemah adalah tempat kediaman, sebuah hal yang dirindukan oleh sebuah bangsa yang baru saja meninggalkan rumahnya.
Hal-hal ini senada juga dengan pesan Sam Tumanggor dalam buku Di Bumi Seperti di Surga, “Alkitab menunjukkan realitas bahwa di dunia yang tak sempurna ini Allah mewujudkan kehendak-Nya, dari dulu hingga kini, dengan memakai manusia yang tak sempurna, dengan mengindahkan konteks hidup manusia yang tak sempurna.” Dalam mewujudkan kehendak-Nya untuk menyatakan kasih-Nya, Allah mampu menggunakan berbagai hal dan komponen yang tidak sempurna, dengan cara yang paling bermakna.
Tentu saja untuk dapat sampai pada pemahaman-pemahaman serupa, kita perlu mengoyak rasa boyak yang menghalangi pemahaman kita akan kisah kasih Allah. Pertama, kita perlu belajar untuk dapat memahami hal-hal yang asing bagi kita. Kedua, kita perlu membandingkan bagian yang kita baca dengan bagian-bagian lain dari Alkitab dan melihat korelasi di antaranya. Dan yang paling penting, kita perlu banyak meminta hikmat dari Allah untuk dapat mempelajari bagian yang terasa boyak.
Seperti kisah kemah ini, setiap bagian dari Alkitab adalah kisah kasih-Nya bagi manusia. Pada akhirnya, meski rincian yang tertulis dalam Alkitab terasa boyak, kata dan bilangan tersebut tetap menyatakan kasih Allah. Kini tinggal sejauh mana kita berkemauan untuk mengoyak tabir kebosanan dan menggali apa yang Allah maksudkan dalam rincian-rincian yang ada.
Mari koyak boyakmu dan temukan kisah kasih Allah bagi manusia dalam seluruh bagian Alkitab!
Catatan
1 Sam Tumanggor. Di Bumi Seperti Di Surga #1. Jakarta: Yayasan Karya Kata Nusantara, 2019, hal. 56.
Foto diambil oleh Jeremy Bishop dari situs https://unsplash.com/photos/2e3hgvDnCpM