Salah satu hiasan yang sering ditemukan di pohon-pohon Natal yang dipasang selama masa raya Natal adalah hiasan bintang. Hiasan ini muncul karena di dalam Alkitab ada kisah orang-orang Majus yang berkelana mengikuti bintang di langit untuk mencari “raja orang Yahudi yang baru dilahirkan” (Mat 2:1-2). Yesuslah raja itu.
Gelar Yesus sebagai raja tentulah tak asing di telinga kita, orang Kristen. Kita tahu ada bagian-bagian Alkitab yang menerangkan hal ini. Sayangnya, ke-raja-an Yesus sering dilupakan. Gelar Yesus sebagai raja lebih sering dijadikan hiasan. Gelar itu kita akui tetapi tidak kita maknai ke dalam kehidupan kita sehari-hari.
Gelar hiasan itu dimiliki oleh raja atau ratu di dalam kerajaan-kerajaan modern. Mereka bergelar tetapi kurang berkuasa atas negeri mereka. Kekuasaan itu dimiliki oleh orang lain, seperti perdana menteri. Para perdana menteri inilah yang mengatur pemerintahan dan warga negara. Mereka menjadi “raja” yang sesungguhnya. Maka gelar raja atau ratu di sana menjadi hiasan belaka.
Demikian juga gelar raja Yesus kurang diakui dan dimaknai oleh kebanyakan orang Kristen. Kita lebih akrab dengan gelar Yesus sebagai Juruselamat, penghapus dan penebus dosa manusia. Kita memaknainya dalam hidup sehari-hari dengan hidup bersyukur kepada-Nya dan berjuang melawan dosa. Ini baik. Namun alangkah lebih baik bila kita juga mengingat bahwa Yesus adalah Raja. Justru karena gelar rajalah orang-orang Majus rela berkelana dari Timur dan datang ke Yerusalem pada malam Natal itu.
Orang-orang Majus menghadap Herodes tidak mencari Juruselamat yang lahir. Saat Herodes meminta keterangan dari pemuka agama bangsa Yahudi mengenai siapa bayi itu, jawaban yang diberikan adalah bahwa ialah “pemimpin yang akan menggembalakan umat-Ku Israel” (Mat 2:6). Bayi itu adalah sang Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi dan mendirikan kerajaan Israel kembali. Bayi itu dinubuatkan menjadi raja politik dan militer di masa depan.
Pemahaman kita, sebagai orang Kristen, berbeda dengan pemahaman agama Yahudi. Bagi kita, sang Mesias itu datang bukan untuk mendirikan kerajaan Israel saja tetapi kerajaan Allah yang kekuasaannya meliputi dunia dan segala isinya. Mesias itu datang agar kerajaan Allah terwujud nyata di dunia: yakni saat ketidakadilan, kejahatan, keterpecahan, kemiskinan, dan segala keburukan lainnya sirna.
Sebagai orang-orang yang mengakui Yesus raja, kita tentu perlu bersikap dan berperilaku sebagai warga kerajaan yang baik. Rasa takut dan hormat kita kepada sang Raja harus nyata dari usaha kita untuk mewujudnyatakan kerajaan Allah di dunia ini. Itulah bukti bahwa kita mengakui gelar Yesus, sang Raja, bukanlah gelar hiasan saja.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita harus mengusahakan hal-hal baik terjadi agar tujuan kerajaan Allah itu bisa terwujud di dunia ini. Lewat bidang pekerjaan dan dengan bakat-keterampilan kita, kita mengusahakan keadilan, kebenaran, kebaikan, dan cinta kasih. Dengan demikian kerajaan Allah berdiri tegak di dunia.
Setiap usaha kita itu bahkan bisa dilihat sebagai persembahan kita kepada sang Raja, bak orang-orang Majus yang mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur kepada bayi Yesus. Bagi mereka itulah persembahan terbaik yang bisa mereka berikan dari milik mereka. Itulah cara yang tepat untuk “menyembah Dia” (Mat 2:11).
Di masa-masa Natal ini, mari kita lebih lagi “menyembah Dia” dengan mempersembahkan segala usaha dan pekerjaan terbaik kita demi tegaknya Kerajaan Allah di dunia tempat kita berdiri hari ini. Dengan demikian gelar raja Yesus, bagi kita, bukan lagi sekadar gelar hiasan.
Catatan
Foto diambil oleh Nick Collins dan ditayangkan dalam situs Pexels.