Kini kita telah berada di awal tahun 2021. Besarnya kesulitan di tahun yang lalu, membuat banyak dari kita mengharapkan terjadinya titik balik kehidupan di tahun ini. Titik balik dipahami sebagai sebuah perubahan drastis menuju situasi yang lebih baik. Kita perlu meyakini bahwa Tuhan kita mampu mengubahkan keadaan kita, terlebih ketika kita bekerja dalam kehendak-Nya. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari Nabi Yunus yang sempat ingkar namun kembali.
Yunus adalah anak Amitai, seorang Israel dari Suku Benyamin. Ia mendapat perintah dari Allah yang berbunyi: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku” (Yun. 1:2). Allah menginginkan kota Niniwe, ibukota Kerajaan Asyur, mengalami pertobatan. Namun, Yunus justru ingkar dan melarikan diri ke Tarsis. Celakanya, dalam perjalanan kapal yang ia tumpangi diterjang badai besar dan hampir hancur.
Apa yang dialami Yunus membawa pesan berharga bagi kita. Ingkar dari penugasan Allah memiliki konsekuensi. Konsekuensinya bisa jadi satu atau beberapa kesulitan beruntun yang menghantam kehidupan. Sama seperti ketaatan diganjar hadiah, ketidaktaatan akan diganjar hukuman. Kita perlu menyadari, serta menghidupi, bahwa kehendak Allah ada di atas kehendak dan keinginan hati kita.
Munculnya masalah yang dihadapi Yunus ini menuntun dia kepada sebuah pengakuan. Yunus menyadari badai yang menerjang adalah akibat dari ulahnya. Ia pun meminta dibuang ke dalam laut untuk meredakan badai (Yun 1:12). Atas penentuan Allah, Yunus diselamatkan seekor ikan raksasa dan tinggal dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Di dalam perut ikan ia berdoa menyatakan penyesalan, kerinduan pada Allah serta komitmen untuk tetap memuji Allah (Yun. 2:1-9).
Pengakuan Yunus dalam perut ikan inilah yang menjadi titik balik dalam kehidupannya. Di dalam perut ikan ia bertobat dan menaikkan pujian kepada Allah. Namun melampaui itu semua, kita juga dapat melihat bagaimana Tuhan berkenan menanti dan memberi kita kesempatan untuk kembali saat kita mengingkari perintah-Nya. Allah yang dengan penuh kemurahan menuntun Yunus kembali adalah Allah yang sama menanti kita untuk kembali pada-Nya.
Titik balik inilah yang mengantarkan Yunus kepada keputusan selanjutnya. Ia akhirnya patuh kepada kehendak Allah dengan pergi ke Niniwe menyampaikan pesan Allah. Yunus menjadi perantara bagi perubahan besar Niniwe. Raja dan segenap penduduk Niniwe bertobat dan berbalik dari kejahatannya. Allah yang semula merencanakan malapetaka atas Niniwe pun mengurungkan niatnya menghukum kota Niniwe. (Yun. 3:10).
Kita dapat melihat bagaimana momen kembalinya Yunus membawa dampak yang besar. Kembalinya Yunus menolong penduduk Niniwe bertobat. Atas perkenanan Allah, titik balik yang kita alami bisa membawa dampak besar bagi kita secara pribadi maupun orang lain bahkan bagi keberlangsungan suatu bangsa, seperti yang dialami Kota Niniwe.
Ingkar dan kembalinya Yunus membawa banyak pelajaran bagi kita. Kita belajar bagaimana ketidaktaatan selalu memiliki konsekuensi. Kita melihat bagaimana Allah menanti kita untuk kembali dan memberikan perlindungannya seraya menuntun kita menemukan jalan pulang. Kita pun kini menyadari bahwa ingkar dan kembalinya kita dapat memberikan dampak besar, bukan hanya bagi diri kita sendiri tapi juga bagi khalayak ramai.
Dari sepotong kisah kehidupan Yunus kita belajar bagaimana seharusnya kita merespon penugasan dari Allah. Mungkin kini kita tidak lagi menerima penugasan secara langsung seperti yang dialami para nabi, namun bukan berarti penugasan dari Allah telah berhenti. Penugasan itu muncul di berbagai aspek kehidupan, seperti lewat pekerjaan, kepengurusan di gereja, tugas dalam keluarga dan lainnya. Allah masih rindu melihat kita mengerjakan tugas yang Ia percayakan pada kita.
Mari pula memanfaatkan masa-masa sulit kita untuk berhenti mengingkari perintah Tuhan. Alih-alih, mari manfaatkan masa sulit kita untuk kembali mendekat kepada Tuhan. Seperti Allah menggunakan badai dan ikan besar untuk membawa Yunus pada pertobatan, Allah pun mampu memanfaatkan masa-masa sulit kita untuk membawa kita kembali pada-Nya. Meski sulit dan penuh pengorbanan, kembali pada Tuhan selalu berbuah manis.
Catatan
Gambar adalah lukisan “Jonah preaching to the Ninevites,” karya Gustave Dore (1882-1883). Ditayangkan dalam situs Wikimedia Commons.